Minggu, 02 Oktober 2011


TEHNIK PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

A. Persyaratan pembibitan
1. Lokasi 
a.    Dekat sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim kemarau. 
b.    Dekat jalan yang dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan pengangkutan keluar dan masuk kebun. 
c.    Terpusat sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengawasan. Luasnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit. 
d.    Lahan datar dan drainase baik. 
e.    Teduh dan terlindung dari ternak.
2. Kesuburan tanah 
a.    Diperlukan untuk kebun koleksi pohon induk dan kebun persemaian batang bawah, 
b.    sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat optimal. 
c.    Menunjang kemudahan dalam memperoleh media semai dan media tanam dalam polybag
3. Kondisi iklim 
a.    Daerah yang ideal untuk lokasi kebun pembibitan adalah daerah yang bersuhu udara sejuk, kelembaban udara yang relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan menunjangpertumbuhan awal bibit tanaman. 
b.    Kondisi sebaliknya justru diperlukan untuk kebun produksi buah dengan hari kering (kemarau) harus tegas terpisah dari hari hujan. Karena ini berpengaruh pada pembungaan dan pembuahan.
4. Sumber daya produksi 
a.    Sumber daya manusia yang terampil, rajin dan cinta tanaman. Unsur cinta tanaman (hobby) ini penting artinya karena pada hakekatnya tanaman adalah makluk hidup yangpenanganannya memerlukan perhatian khusus. 
b.    Sumber daya produksi lainnya yang diperlukan dalam pembibitan tanaman antara lain pupuk kandang, polybag, paranet, pestisida dan lain-lain. Kesulitan memperoleh bahanbahan tersebut terutama berdampak terhadap menurunnya mutu bibit yang dihasilkan, atau mahalnya biaya produksi.

B. Pengelolaan pembibitan

1. Media tumbuh dalam polybag 
a.    Syarat media tumbuh yang baik adalah ringan,murah,mudah didapat, porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara). Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan. 
b.    Komposisi media tanam untuk mengisi polybag dapat digunakan campuran tanah, pupuk kandang dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1. 
c.    Sterilisasi pupuk kandang sebelum digunakan untuk campuran media bertujuan membunuh penyakit, cendawan, bakteri, biji gulma, nematoda dan serangga tanah. 
d.    Sterilisasi ini misalnya dilakukan dengan uap air panas atau perebusan dengan menggunakan drum minyak tanah (isi 200 l). Drum diisi setengahnya, kemudian dipanaskan di atas tungku. Setelah air mendidih pupuk kandang dalam karung bekas dimasukkan ke dalam drum (direbus selama 0,5-1 jam). 
e.    Ukuran polybag yang banyak digunakan di pembibitan buah-buahan biasanya berukuran 15X20 cm (diameter x tinggi) sampai batang bawah dapat disambung atau diokulasi (sekitar 3-4 bulan setelah tanam biji). Tiga sampai empat bulan setelah itu, bibit dapat dipindahkan ke polybag berukuran 20x30 cm.Tiga sampai empat bulat berikutnya bibit dipindah ke polybag ukuran 30x40 cm. Hal ini diperlukan karena polybagnya sudah tidak memadai lagi untuk perkembangan akarnya sedangkan bibit masih belum siap ditanam. Akibat makin menyempitnya ruang tumbuh akar, kondisi kesuburan bibitnya jadi menurun, bahkan setelah beberapa lama pertumbuhannya seolah-olah berhenti.

2. Cara penggantian polybag
a.    Polybag lama disobek dengan silet atau pisau secara hati-hati agar media di dalamnya tidak pecah atau berhamburan. Sebaiknya polybag disiram dengan air sebelum dilaksanakan pindah tanam, agar media lebih kompak/padat.
b.    Polybag pengganti diisi media tumbuh yang baru, sampai seperempat bagian dari volume polybag.
c.    Setelah itu, media lama yang menyelubungi perakaran bibit dikurangi sedikit dan perakaran yang sudah mati atau mengering dipotong dengan gunting setek, kemudian bibit dimasukkan ke dalam polybag pengganti.
d.    Bibit diatur agar letaknya tepat di tengah polybag, kemudian media tumbuh yang baru dimasukkan ke dalam polybag sampai hampir menyentuh bibir polybag pengganti.
e.    Bibit dalam polybag baru disiram sampai cukup basah agar media tumbuh yang baru dimasukkan memadat, sehingga kedudukan bibit menjadi kuat.
3. Naungan bibit
a.    Fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil:
1)    Mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30 - 60% saja.
2)    Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit.
3)    Menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun muda.
4)    Menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.
b.    Jenis naungan untuk pembibitan:
1)    Naungan seng plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk naungan plastik yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru dipasang).
2)    Naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55% dan 45% sinar yang diteruskan).Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4 tahun), sehingga sekali pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha pembibitan.
3)    Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang disusun sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.

4.Tempat pemeliharaan bibit berpolybag
a.    Menggunakan rak yang terbuat dari bilah bambu atau besi.Ventilasi atau jalan angin di bawah rak bibit berfungsi:
1)    Mencegah penularan bibit penyakit dari tanah yang sering terlontar ke daun bila terkena cipratan air hujan.
2)    Kelebihan air siraman atau hujan dengan mudah menetes ke bawah, sehingga media tidak menjadi becek dan kelembaban udara di sekitar bibit tidak terlalu tinggi, ini penting untuk menghindari pertumbuhan cendawan.
3)    Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti apabila terkena udara di lubang dasar polybag dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.
b.    Menggunakan alas dari mulsa plastik hitam perak. Pemakaian alas berupa mulsa plastik berfungsi:
1)    Mengurangi dan mencegah pertumbuhan gulma disekitar bibit tanaman.
2)    Mencegah siraman air ke media polybag terus lari ke bawah atau lapisan tanah dibawah polybag, karena tertahan oleh lapisan mulsa plastik.
3)    Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti karena tidak mampu menempus lapisan mulsa plastik dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.

5. Pemeliharaan bibit
a.    Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang menyerang tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yangdigunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air.
b.    Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air.Penyemprotan diulang seminggu sekali.
c.    Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
d.    Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap dua hari sekali,sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Penyiraman bibit ini dilakukan dengan menggunakan gembor air.
e.    Pengairan sistem genangan atau bahasa Jawanya dilep apabila pembibitannya dilakukan dalam polybag yang ditaruh di sawah, maka cara penyiramannya dengan menutup saluran pembuangan air, kemudian air dimasukkan ke areal pembibitan sampai media di polybag menjadi basah.Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan pada waktu sore/malam hari ketika suhu tanah tidak tinggi. Lama perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup ¾ tinggi polybagnya.
f.     Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air dan sinar matahari.

6. Pengepakan bibit
a.    Untuk bibit yang dikirim dalam bentuk stump (cabutan), pengirimannya tidak ada masalah karena beberapa bibit bisa saja dibungkus dengan batang pisang atau bahan lain yang bersifat lembab, sehingga akarnya tidak kering, semisal bibit jeruk dan jati.
b.    Pengepakan bibit yang peka, seperti bibit durian, dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan setengah tanahnya, kemudian ditambahkan serbuk kelapa (cocopit). Untuk menghilangkan stres, sebelum diangkut bibit diletakkan dahulu di bawah naungan dan disiram untuk adaptasi. Setelah satu minggu biasanya bibit sudah segar kembali dan dapat dipak dalam peti berventilasi untuk dikirim. Dengan cara pengepakan seperti ini, maka bibit dalam polybag yang semula beratnya 4-7 kg/bibit menjadi0,5-1 kg/bibit.
c.    Mengeluarkan setengah tanahnya dan ditambah dengan gel (Agrosoft), kemudian polybag diikat. Keadaan ini membuat bibit mampu bertahan sampai 4-7 hari tanpa penyiraman
d.      Pengepakan tanpa mengurangi media tanam, biasanya untuk angkutan darat.
KARYA INOVASI DAN DIVERSIFIKASI PENGELOLAAN HASIL HUTAN MENGATASI KELANGKAAN KAYU
 
Beberapa inovasi pengelolaan hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu dimuat dalam buku "102 Inovasi Indonesia - 2010" yang diterbitkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi bersama Business Innovation Center (BIC). Buku tersebut memuat 102 karya inovasi dalam berbagai aspek atau bidang, di antaranya terkait dengan pengelolaan hasil hutan. Inovasi di bidang kehutanan akan mendukung pengembangan diversifikasi pengelolaan hasil hutan, baik kayu maupun bukan kayu.
Inovasi pengelolaan hasil hutan yang dimuat dalam buku "102 Inovasi Indonesia-2010" antara lain :
  • Pemanfaatan limbah kayu dan anyaman bambu betung sebagai bahan baku papan komposit berkualitas tinggi. Keunggulan inovasinya menghasilkan papan komposit yang ramah lingkungan, dapat menjadi substitusi kayu lapis dengan kualitas baik dan tahan terhadap serangan rayap, diversifikasi pemanfaatan bambu bernilai tambah tinggi, serta menghidupkan ekonomi petani bambu. 
  • Membuat gedhek modern. Dengan inovasi pengolahannya, bambu dapat digunakan sebagai substitusi kayu keras yang semakin langka. Keunggulan inovasinya menghasilkan produk perekatan bambu berbentuk papan bambu atau balok bambu yang dikenal sebagai bambu lamina atau bambu lapis 
     
     
     
  • Barcoding berbasis Deoxyribonucleic Acid (DNA) untuk lacak balak kayu tropis. DNA yang diekstrak, diisolasi dan diamplifikasikasi dari kayu (log) bersifat unik sehingga bisa digunakan untuk melacak aliran kayu dengan membandingkan informasi DNA kayu yang diselidiki dengan basis data DNA kayu di tempat asalnya. Informasi DNA ini dapat diintegrasikan pada sistem tata usaha kayu seperti pelabelan dengan barcode.
  • Mesin pemilah kayu konstruksi. Mesin ini bisa menggantikan mesin penguji yang masih diimpor dengan harga yang tinggi dan dapat memberikan penanda mutu pada semua jenis kayu tanpa merusaknya.
  • Bioinduksi : teknologi rekayasa produksi Gaharu dengan induksi Jamur Fusarium. Gaharu adalah resin wangi bernilai tinggi sebagai hasil dari infeksi jamur Fusarium pada pohon penghasil Gaharu dari keluarga Thymeleaecea. Inovasi bioinduksi ini dapat melipatgandakan produksi Gaharu yang akan berdampak positif bagi masyarakat pengumpul Gaharu, sekaligus melestarikan pohon penghasil Gaharu di alam.
  • Papan partikel tanpa perekat sintesis (Binderless Particle Board) dari limbah industri perkayuan dan pertanian. Inovasi ini mengembangkan proses pembuatan papan partikel tanpa menggunakan perekat. Papan partikel yang dihasilkan memiliki sifat fisis dan mekanis yang cocok digunakan untuk bagian interior yang tidak menerima beban tinggi, dan karena tidak menggunakan perekat formaldehida maka aman bagi kesehatan.
  • Penerapan teknik guludan dalam penanaman mangrove pada lahan yang terendam air masin yang dalam. Teknik guludan diterapkan untuk melestarikan hutan bakau pada lahan yang tergenang air cukup dalam, baik yang berarus tenang maupun yang berarus keras. Teknik ini dapat mengembalikan hutan bakau yang rusak terabrasi.
  • Panel sandwich dari bambu untuk komponen pra-pabrikasi. Panel sandwich adalah produk komposit yang terdiri dari lapisan tipis kayu lapis berkekuatan tinggi di sebelah luar, direkat dengan lapisan inti (core) di bagian tengah yang lebih tebal yang terbuat dari potongan bambu-bambu yang disusun secara vertikal. Produk ini selain ringan, memiliki rasio kekuatan dan kekakuan yang tinggi, sehingga dapat diaplikasikan untuk dinding, lantai, maupun plafon suatu bangunan.
Karya inovasi di atas menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan bermanfaat untuk mengatasi kelangkaan kayu dari hutan alam, meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, serta mendukung upaya pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam.